JUDUL : AYAT
AYAT CINTA
Penulis:
Habiburrahman El Shirazy
Penerbit
Republika
Hal: ix +
418
Peresensi:
Diansya
Penasaran sekali dengan novel
ini. Apa sih isinya? Dan seperti apa? Sampai heboh dimana-mana.
Awal baca, aku sedikit
menyalahkan beberapa orang yang meresensi. Masa seperti ini novel sih? Kupikir
malah terlalu banyak teori. Belum lagi istilah-istilah asing yang sangat
banyak. Semakin membaca, istilah asingnya semakin banyak, ada Arab, Jerman dan
Inggris hi..(kalau Inggris sih, dasar sayanya yang emang minimal banget). Jadi
kepikir kalau aku nulis istilah nihonggonya kebanyakan, emang bener, bakalan
banyak diprotes orang.
Tapi bukan berarti tidak
menarik. Kurasakan perasaan yang sulit diungkapkan, membaca di zaman seperti
ini, ada orang yang haus ilmu. Mengaji pada seorang ustadz. Dengan jarak
puluhan kilometer, ditempuh dalam waktu tidak sebentar. Sungguh, itu sebuah
kabar yang jarang sekali kudengar. Biasanya adalah menceriterakan kisah
salafushsholih saat menuntut ilmu. Tapi ini dijaman sekarang? Apalagi itu
dilakukan dalam keadaan terik matahari musim panas di Mesir yang mencapai 40
derajat lebih. Subhanalloh. Eh, aku justeru nangisnya di sini. Di
belakang-belakang saat adegan-adegan ‘novel’ kok malah ga keluar air matanya
ya? Menurutku sih kisah percintaannya biasa-biasa saja.
Ada juga saat menceriterakan
mimpi Fahri saat bertemu dengan Ibnu Mas’ud. Membuat perasaan saya ikut
mengharu-biru.Tidak salah memang kalau novel ini disebut novel penggugah
jiwa.
Ada memang beberapa yang kulompat
membacanya. Gimana ya, terlalu ilmiah yang menuntut untuk berpikir. Tidak beda
dengan membaca buku fiksi, dan yang pasti karena nggak sabar dengan cerita yang
dibilang orang-orang seru. Mana sih adegan empat orang wanita yang mencintai
Fahri ini?
Di pertengahan lebih buku itu, aku baru merasa membaca
novel. Adegan demi adegan mengalir bagus. Kisah Fahri yang ingin menikah,
kemudian ada perang batin di saat-saat memutuskan untuk menikah, karena ada
wanita lain.
Ada adegan-adegan sepasang pengantin baru disini. Kata
pengantarnya, jadi benar-benar seperti novel asmara (ah, apakah novel asmara
harus seperti itu??) Saya membayangkan bila belum nikah, baca itu rasanya
mungkin risih juga...
Selanjutnya ada adegan dalam penjara Mesir saat Fahri
dipenjara. Itu juga mengingatkan saat-saat para ulama dipenjara.
Tak jauh dari masalah keluarga
dan wanita. Poligami. Dengan siapa?? Baca aja sendiri he..Happy/sad ending yah
novel ini? Akhir cerita memang syahdu, tapi rasanya bukan sad ending. Karena
setelah itu rasanya Fahri bahagia bersama isterinya.
Akhirnya, buku ini (bukan novel
he..) bisa dibaca oleh semua orang. Bagi yang masih kurang menyukai novel, buku
ini tidak melulu adegan-adegan kehidupan seperti novel-novel pada umumnya.
Banyak sekali ilmu di dalamnya. Dalam dunia penulisan, seringkali dibilang
kalau bisa jangan terlalu “ini ibu Budi” sekali dalam menuliskan hikmah. Namun
dalam buku ini tidak hanya “ini ibu Budi..” bahkan banyak dalil-dalil
didalamnya Mulai dari masalah pandangan wanita dalam Islam, pergaulan dengan
non muslim dan banyak lagi. Namun saya merasakan tidak digurui. Mungkin karena
dalam konteks ini malah justeru kelihatan ilmiah.
Dan bagi yang masih malas membaca buku-buku yang
ilmiah, buku ini juga cocok karena dipadukan dengan kisah yang sangat menawan.
Hemmm...intinya
sih, saya puas baca buku ini. Bagus.
Judul : Ayat-Ayat Cinta
Pengarang : Habiburrahman El-Shirazy
Tebal Buku : 411 halaman
Diresensi oleh : Shelvi Novianita
“Mencintai-Nya
Menuntunku Pada Cintamu”
Fahri bin Abdillah adalah pelajar
Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al Ahzar. Berteman dengan
panas dan debu Mesir. Berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan
hidup. Bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Belajar di Mesir,
membuat Fahri dapat mengenal Maria, Nurul, Noura, dan Aisha.
Maria Grigis adalah tetangga satu
flat Fahri, yang beragama Kristen Koptik tapi mengagumi Al Quran. Dan
menganggumi Fahri. Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayangnya, cinta Maria
hanya tercurah dalam diary saja.
Sementara Nurul adalah anak seorang
kyai terkenal, yang juga mengeruk ilmu di Al Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh
hati pada gadis manis ini. Sayang rasa mindernya yang hanya anak keturunan
petani membuatnya tidak pernah menunjukkan rasa apa pun pada Nurul. Sementara
Nurul pun menjadi ragu dan selalu menebak-nebak.
Sedangkan Noura adalah tetangga
Fahri, yang selalu disika Ayahnya sendiri. Fahri berempati penuh dengan Noura
dan ingin menolongnya. Hanya empati saja. Tidak lebih! Namun Noura yang
mengharap lebih. Dan nantinya ini menjadi masalah besar ketika Noura menuduh
Fahri memperkosanya.Dan yang terakhir adalah Aisha. Si mata indah yang menyihir
Fahri. Sejak sebuah kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot
dan kaku, Aisha jatuh cinta pada Fahri. Dan Fahri juga tidak bisa membohongi
hatinya.
Lantas, siapakah yang nantinya akan
dipilih Fahri? Siapakan yang akan dipersunting oleh Fahri? Siapakah yang dapat
mencintai Fahri dengan tulus? Mari kita cari jawabannya dari sinopsis
“Ayat-Ayat Cinta” berikut.Fahri sedang dalam perjalanan menuju Masjid Abu Bakar
Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara kota Cairo, untuk
talaqqi (belajar secara face to face pada seorang syaikh) pada Syaikh Utsman,
seorang syaikh yang cukup tersohor di Mesir.
Dengan menaiki metro, Fahri berharap
ia akan sampai tepat waktu di Masjid Abu Bakar As-Shiddiq. Di metro itulah ia
bertemu dengan Aisha. Aisha yang saat itu dicacimaki dan diumpat oleh
orang-orang Mesir karena memberikan tempat duduknya pada seorang nenek
berkewarganegaraan Amerika, ditolong oleh Fahri. Pertolongan tulus Fahri
memberikan kesan yang berarti pada Aisha. Mereka pun berkenalan. Dan ternyata
Aisha bukanlah gadis Mesir, melainkan gadis Jerman yang juga tengah menuntut
ilmu di mesir.
Di Mesir Fahri tinggal bersama
dengan keempat orang temannya yang juga berasal drai Indonesia. Mereka adalah
Siful, Rudi, Hamdi, dan Misbah. Mereka tinggal di sebuah apartemen sederhana
yang mempunyai dua lantai, dimana lantai dasar menjadi temapt tinggal Fahri dan
empat temannya, sedangkan yang lanai atas ditemapati oleh keluarga Kristen
Koptik yang sekaligus menjadi tetangga mereka. Keluarga ini terdiri dari Tuan
Boutros, Madame Nahed dan dua oranga nak mereka, taitu Maria dan Yousef.
Walau keyakinan dan aqiqah mereka
berbeda, tapi antara keluarga Fahri dan Tuan Boutros terjalin hubungan yang
sangat baik. Terlebih Fahri dan Maria berteman begitu akarab. Fahri menyebut
Maria sebagai gadis koptik yang aneh. Bagaimana tidak, Maria mampu menghafal
surat Al-Maidah dan surat Maryam.Selain bertetangga dengan keluarga Tuan
Boutros, Fahri juga mempunyai tetangga lain berkulit hitam yang perrangainya
berbanding seratusdelapan puluh derajat dengan keluarga Boutros. Kepala
keluarga ini bernama Bahadur. Istrinya bernama madame Syaima dan anak-anaknya
bernama Mona, Suzanna, dan Noura.
Bahadur, madame Syaima, Mona, dan
Suzanna sering menyiksa noura karena rupa serta warna rambut Noura yang berbeda
dengan mereka. Noura berkulit putih dan berambut pirang. Ya, nasib Noura memang
malang.
Suatu malam Noura diusir Bahadur
dari rumah. Noura diseret ke jalan sembari dicambuk. Tangisannya memilukan.
Fahri tidak tega melihat Noura diperlakukan demikian oleh Bahadur. Ia meminta
Maria melalui sms untuk menolong Noura. Fahri tidak bisa menolong Noura secara
langsung karena Noura bukan muhrimnya. Maria pun bersedia menolong Noura malam
itu. Ia membawa Noura ke flatnya.Fahri dan Maria berusaha mencari tahu siapa
keluarga Noura sebenarnya. Mereka yakin Noura bukanlah anak Bahadur dan madame
Syaima.
Dan benar. Noura bukan anak mereka.
Noura yang malang itu akhirnya bisa berkumpul bersama orang-orang yang
menyayanginya. Ia sangat berterima kasih pada Fahri dan Maria.
Sementara itu, Aisha tidak dapat melupakan pemuda yang
baik hati mau menolongnya di metro saat itu. Aisha rupanya jatuh hati pada
Fahri. Ia meminta pamannya Eqbal untuk menjodohkannya dengan Fahri. Kebetulan,
paman Eqbal mengenal Fahri dan Syaik Utsman. Melalui bantuan Syaik Utsman,
Fahri pun bersedia untuk menikah dengan Aisha.
Mendengar kabar pernikahan Fahri,
Nurul menjadi sangat kecewa. Paman dan bibinya sempat datang ke rumah Fahri
untuk memberitahu bahwa keponakannya sangat mencitai Fahri. Namun terlambat!
Fahri akan segera menikah dengan Aisha. Oh, malang benar nasib Nurul.
Dan pernikahan Fahri dengan Aisha pun berlangsung.
Fahri dan Aisha memutuskan untuk berbulanmadu di sebuah apartemen cantik selama
beberapa minggu Sepulang dari ‘bulanmadu’nya, Fahri mendapat kejutan dari Maria
dan Yousef. Maria dan adiknya itu datang ke rumah Fahri untuk memberikan sebuah
kado pernikahan. Namun Maria tampak lebih kurus dan murung. Memang, saat Fahri
dan Aisha menikah, keluarga Boutros sedang pergi berlibur. Alhasil, begitu
mendengar Fahri telah menjadi milik wanita lain dan tidak lagi tinggal di flat,
Maria sangat terpukul.Kebahagian Fahri dan Aisha tidak bertahan lama karena
Fahri harus menjalani hukuman di penjara atas tuduhan pemerkosaan terhadap
Noura. Noura teramat terluka saat Fahri memutuskan untuk menikah dengan Aisha.
Di persidangan, Noura yang tengah
hamil itu memberikan kesaksian bahwa janin yang dikandungnya adalah anak Fahri.
Pengacara Fahri tidak dapat berbuat apa-apa karena ia belum memiliki bukti yang
kuat untuk membebaskan kliennya dari segala tuduhan. Fahri pun harus mendekam
di bui selama beberapa minggu.Satu-satunya saksi kunci yang dapat meloloskan
Fahri dari fitnah kejam Noura adalah Maria. Marialah yang bersama Noura malam
itu (malam yang Noura sebut dalam persidangan sebagai malam dimana Fahri
memperkosanya).Tapi Maria sedang terkulai lemah tak berdaya. Luka hati karena
cinta yang bertepuk sebelah tangan membuatnya jatuh sakit. Tidak ada jalan
lain. Atas desakan Aisha, Fahri pun menikahi Maria. Aisha berharap, dengan
mendengar suara dan merasakan sentuhan tangan Fahri, Maria tersadar dari koma
panjangnya. Dan harapan Aisha menjadi kenyataan. Maria dapat membuka matanya
dan kemudian bersedia untuk memberikan kesaksian di persidangan. Alhasil, Fahri
pun terbebas dari tuduhan Noura. Dengan kata lain, Fahri dapat meninggalkan
penjara yang mengerikan itu.
Noura menyesal atas perbuatan yang dilakukannya.
Dengan jiwa besar, Fahri memaafkan Noura. Dan, terungkaplah bahawa ayah dari
bayi dalam kandungan Noura dalah Bahadur.Fahri, Aisha, dan Maria mampu
menjalani rumah tangga mereka dengan baik. Aisha menganggap Maria sebagai
adiknya, demikian pula Maria yang menghormati Aisha selayaknya seorang kakak.
Tidak ada yang menduga jika maut akhirnya merenggut Maria. Namun Maria
beruntung karena sebelum ajal menjemputnya, ia telah menjadi seorang
mu’alaf.Dari buku kita tahu bahwa Fahri selalu “menjaga diri” di tengah
wanita-wanita yang dekat dengannya. Hal itu Fahri lakukan karena rasa cintanya
pada Yang Maha Kuasa. Fahri berusaha konsisten dengan prinsip, dan ajaran agama
yang ia pegang teguh. Cinta Fahri pada agama dan Sang Khalik menuntunnya pada
cinta Aisha. Atas izin Allah Fahri dan Aisha bersatu di bawah payung cinta yang
tulus mengharapkan ridhaNya.
KELEBIHAN
- Ceritanya
begitu menyentuh dan mengalir seakan pembaca mengalami berbagai problema
yang melilit sang tokoh
- Penulis
mengajak pembaca mendalami Islam dengan bahasanya yang menyejukkan
- Kisah-kisah
hubungan antar manusia (kisah cinta) digambarkan secara menarik dan utuh
tanpa harus terasa vulgar.
KEKURANGAN
- Seorang
pria dicintai empat orang wanita. Mungkinkah? Jika dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari, rasanya aneh jika ada pria yang di”gilai” oleh
empat orang wanita sekaligus. Baik Aisha, Maria, Noura, dan Nurul
menginginkan Fahri menjadi suaminya. Beruntung sekali tokoh Fahri!
Mungkinkah hal yang demikian ada dalam kehidupan nyata?
- Noura
frustasi karena tidak mendapatkan cinta Fahri. Ia lantas memfitnah Fahri
dengan tuduhan yang kejam. Benarkah ada seorang wanita yang seperti Noura
dalam kehidupan nyata? Cinta tetaplah cinta. Tidak akan berubah menjadi
pisau yang dapat menusuk dari belakang.
KEBERMANFAATAN
- Merupakan
media penyaluran dakwah kepada siapa saja yang ingin mengetahui lebih
banyak tentang islam
- Dengan
membaca novel ini kita dapat mengetahui geografi kota Mesir serta sosial
budaya Timur Tengah tanpa harus pergi ke sana.
- Memberikan
contoh pada kita tentang sebuah pernikahan yang baik dan sesuai syariat
Islam.
Detail Novel
Judul:Ayat Ayat Cinta
ISBN: 979-3604-02-6
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit: Republika
Terbit: Desember 2004
Isi: 419 halaman
Judul:Ayat Ayat Cinta
ISBN: 979-3604-02-6
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit: Republika
Terbit: Desember 2004
Isi: 419 halaman
Ayat-ayat cinta adalah sebuah novel 411 halaman yang
ditulis oleh seorang novelis muda Indonesia kelahiran 30 September 1976 yang
bernama Habiburrahman El-Shirazy. Ia adalah seorang sarjana lulusan Mesir dan
sekarang sudah kembali ke tanah air. Sepintas lalu, novel ini seperti
novel-novel Islami kebanyakan yang mencoba menebarkan dakwah melalui sebuah
karya seni, namun setelah ditelaah lebih lanjut ternyata novel ini merupakan
gabungan dari novel Islami, budaya dan juga novel cinta yang banyak disukai
anak muda. Dengan kata lain, novel ini merupakan sarana yang tepat sebagai
media penyaluran dakwah kepada siapa saja yang ingin mengetahui lebih banyak
tentang Islam, khususnya buat para kawula muda yang kelak akan menjadi penerus
bangsa.Novel ini bercerita tentang perjalanan cinta dua anak manusia yang
berbeda latar belakang dan budaya; yang satu adalah mahasiswa Indonesia yang
sedang studi Universitas Al-Azhar Mesir, dan yang satunya lagi adalah mahasiswi
asal Jerman yang kebetulan juga sedang studi di Mesir. Kisah percintaan ini
berawal ketika mereka secara tak sengaja bertemu dalam sebuah perdebatan sengit
dalam sebuah metro (sejenis trem).
Mein Neim Ist Aisha. Pada waktu itu, si pemuda yang
bernama lengkap Fahri bin Abdullah Shiddiq, sedang dalam perjalanan menuju
Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara kota
Cairo, untuk talaqqi (belajar secara face to face pada seorang syaikh) pada
Syaikh Utsman Abdul Fattah, seorang Syaikh yang cukup tersohor di seantero
Mesir. kepadanya Fahri belajar tentang qiraah Sab’ah (membaca Al-Qur’an dengan
riwayat tujuh imam) dan ushul tafsir (ilmu tafsir paling pokok). Hal ini sudah
biasa dilakukannya setiap dua kali seminggu, setiap hari Ahad/Minggu dan Rabu.
Dia sama sekali tidak pernah melewatkannya walau suhu udara panas menyengat dan
badai debu sekalipun. Karena baginya itu merupakan suatu kewajiban karena tidak
semua orang bisa belajar pada Syaikh Utsman yang sangat selektif dalam memilih
murid dan dia termasuk salah seorang yang beruntung. Di dalam metro, Fahri
tidak mendapatkan tempat untuk duduk, mau tidak mau dia harus berdiri sambil
menunggu ada kursi yang kosong. Kemudian ia berkenalan dengan seorang pemuda
mesir bernama Ashraf yang juga seorang Muslim. Merteka bewrcerita tentang
banyak hal, termasuk tentang kebencian Ashraf kepada Amerika. Tak berapa lama
kemudian, ada tiga orang bule yang berkewarganegaraan Amerika (dua perempuan
dan satu laki-laki) naik ke dalam metro. Satu diantara dua perempuan itu adalah
seorang nenek yang kelihatannya sudah sangat lelah. Biasanya orang Mesir akan
memberikan tempat duduknya apabila ada wanita yang tidak mendapatkan tempat
duduk, namun kali ini tidak. Mungkin karena kebencian mereka yang teramat
sangat kepada Amerika. Sampai pada suatu saat, ketika si nenek hendak duduk
menggelosor di lantai, ada seorang perempuan bercadar putih bersih yang
sebelumnya dipersilahkan Fahri untuk duduk di bangku kosong yang sebenarnya
bisa didudukinya, memberikan kursinya untuk nenek tersebut dan meminta maaf
atas pwerlakuan orang-orang Mesir lainnya. Disinilah awal perdebatan itu
terjadi. Orang-orang Mesir yang kebetulan mengerti bahasa Inggris merasa
tersinggung dengan ucapan si gadis bercadar. Mereka mengeluarkan berbagai
umpatan dan makian kepada sang gadis, dan ia pun hanya bisa menangis. Kemudian
Fahri berusaha untuk meredakn perdebatan itu dengan menyuruh mereka membaca
shalawat Nabi karena biasannya dengan shalawat Nabi, orang Mesir akan luluh
kemarahannya dan ternyata berhasil. Lalu ia mencoba menjelaskan pada mereka
bahwa yang dilakukan perempuan bercadar itu benar, dan umpatan-umpatan itu
tidak layak untuk dilontarkan. Namun apa yang terjadi, orang-orang Mesir itu
kembali mrah dan meminta Fahri untuk tidak ikut campur dan jangan sok alim
karena juz Amma saja belumtentu ia hafal. Kemudian emosi mereka mereda ketika
Ashraf yang juga ikut memaki perempuan bercadar itu, mengatakan bahwa Fahri
adalah mahasiswa Al-Azhar dan hafal Al-Qur’an dan juga murid dari Syaikh Utsman
yang terkenal itu. Lantas orang-orang Mesir itu meminta maaf pada fahri. Fahri
kemudian menjelaskan bahwasanya mereka tidak seharusnya bertindak seperti itu
karena ajaran Baginda Nabi tidak seperti itu. Lalu ia pun menjelaskan bagaimana
seharusnya bersikap kepada tamu apalagi orang asing sesuai dengan yang
diajarkan oleh Rasulullah Saw. Mereka pun mengucapkan terima kasih pada fahri
karena sudah megingatkan mereka. Sementara itu, si bule perempuan muda, Alicia,
sedang mendengarkan penjelasan tentang apa yang terjadi dari si perempuan
bercadar dengan bahasa Inggris yang fasih.Kemudian Alicia berterima kasih dan
menyerahkan kartu namanya pada Fahri. Tak berapa lama kemudian metro berhenti
dan perempuan bercadar itupun bersiap untuk turun. Sebelum turun ia mengucapkan
terima kasih pada Fahri karena sudah menolongnya tadi. Akhirnya mereka pun
berkenalan. Dan ternyata si gadis itu bukanlah orang Mesir melainkan gadis asal
Jerman yang sedang studi di Mesir. Ia bernama Aisha.
Di Mesir, Fahri tinggal bersama
dengan keempat orang temannya yang juga berasal dari Indonesia, yaitu Saiful,
Rudi, Hamdi dan Misbah. Fahri sudah tujuh tahun hidup di Mesir. Mereka tinggal
di sebuah apartemen sederhana yang mempunyai dua lantai, dimana lantai dasar
menjadi tempat tinggal Fahri dan empat temannya, sedangkan yang lantai atas
ditempati oleh sebuah keluarga Kristen Koptik yang sekaligus menjadi tetangga
mereka. Keluarga ini terdiri dari Tuan Boutros, Madame Nahed, dan dua orang
anak mereka – Maria dan Yousef. Walau keyakinan dan aqidah mereka berbeda,
namun antara keluarga Fahri (Fahri dkk) dan keluarga Boutros terjalin hubungan
yang sangat baik. Di Mesir, bukanlah suatu keanehan apabila keluarga Kristen
koptik dan keluarga Muslim dapat hidup berdampingan dengan damai dalam
masyarakat. Keluarga ini sangat akrab dengan Fahri terutama Maria. Maria adalah
seorang gadis Mesir yang manis dan baik budi pekertinya. Kendati demikian,
Fahri menyebutnya sebagai gadis koptik yang aneh, karena walaupun Maria itu
seorang non-muslim ia mampu menghafal dua surah yang ada dalam Al-Quran dengan
baik yang belum tentu seorang Muslim mampu melakukannya. Ia hafal surat
Al-Maidah dan surah Maryam. Fahri juga baru mengetahuinya ketika mereka secara
tak sengaja bertemu di metro. Seluruh anggota keluarga Boutros sangat baik
kepada Fahri dkk. Bahkan ketika Fahri jatuh sakit pun keluarga ini jugalah yang
membantu membawa ke rumah sakit dan merawatnya selain keempat orang teman
Fahri. Apalagi Maria, dia sangat memperhatikan kesehatan Fahri. Keluarga ini
juga tidak segan-segan mengajak Fahri dkk untuk makan di restoran berbintang di
tepi sungai Nil,kebanggaan kota Mesir, sebagai balasan atas kado yang mereka
berikan. Pada waktu itu Madame Nahed berulang-tahun dan malam sebelumnya Fahri
dkk memberikan kado untuknya hanya karena ingin menyenangkan hati beliau karena
bagi Fahri menyenangkan hati orang lain adalah wajib hukumnya. Setelah makan
malam, tuan dan nyonya Boutros ingin berdansa sejenak. Madame Nahed meminta
Fahri untuk mengajak Maria berdansa karena Maria tidak pernah mau di ajak
berdansa.
Setelah tuan dan nyonya Boutros
melangkah ke lantai dansa dan terhanyut dengan alunan musik yang syahdu, Maria
pun memberanikan diri mengajak Fahri untuk berdansa, namun Fahri menolaknya
dengan alasan Maria bukan mahramnya kemudian menjelaskannya dengan lebih
detail. Begitulah Fahri, ia selalu berusaha untuk menjunjung tinggi ajaran
agama yang dianutnya dan selalu menerapkannya dalm kehidupan sehari-hari. Si
Muka Dingin Bahadur dan Noura yang Malang. Selain bertetangga dengan keluarga
Boutros, Fahri juga mempunyai tetangga lain berkulit hitam yang perangainya
berbanding 180 derajat dengan keluarga Boutros. Kepala keluarga ini bernama
Bahadur yang terkenal dengan julukan si Muka Dingin karena ia selalu
berperangai kasar kepada siapa saja bahkan dengan istrinya madame Syaima dan
putri bungsunya Noura. Bahadur dan istrinya mempunyai tiga orang putri, Mona,
Suzanna, dan Noura. Mona dan Suzanna berkulit hitam namun tidak halnya dengan
Noura, dia berkulit putih dan berambut pirang. Hali inilah ang membuat Noura
dimusuhi keluarganya yang pada akhirnya membuat dirinya tercebur kedalam
penderitaan yang amat sangat. Bahadur mempunyai watak yang keras dan bicaranya
sangat kasar, Nouralah yang selalu menjadi sasaran kemarahannya. Dan kedua
orang saudaranya yang juga tidak menyukai Noura mengambil kesempatan ini untuk
ikut-ikutan memaki dirinya. Sampai tibalah pada suatu malam yang tragis dimana
Bahadur menyeret Noura ke jalanan dan punggungnya penuh dengan luka cambukan.
Hal ini sudah sering terjadi, namun malam itu yang terparah. Tak ada satu orang
pun yang berani menolong. Selain hari sudah larut, Bahadur juga dikenal amat
kejam. Akhirnya, karena sudah tak tahan lagi melihat penderitaan Noura, Fahri
pun meminta bantuan Maria melaui sms untuk menolong Noura. Awalnya Maria
menolak karena tidak mau keluarganya terlibat dengan keluarga Bahadur. Namun
setelah Fahri memohon agar Maria mau menolongnya demi kecintaan Maria terhadap
Al-Masih, Maria akhirnya luluh juga. Jadilah malam itu Noura menginap di rumah
keluarga Boutros. Malam ini jualah yang akhirnya menghantarkan Fahri ke dalam
penderitaan yang amat sangat dan juga membuatnya hampir kehilangan kesempatan
untuk hidup di dunia fana ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar